Oleh: Siti Hajar
Setiap pagi, kita berangkat bekerja dengan harapan
mendapatkan rezeki yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, di balik
setiap langkah mencari nafkah, ada satu pertanyaan mendasar yang perlu selalu
kita tanyakan pada diri sendiri: Apakah Allah ridha dengan apa yang kita
lakukan? Karena pada akhirnya, bukan sekadar banyak atau sedikitnya rezeki yang
menjadi ukuran, tetapi bagaimana kita memperolehnya dan keberkahan yang
menyertainya.
Bekerja bukan hanya soal mencari uang, tetapi juga
bagian dari ibadah. Jika niat kita lurus, mencari nafkah untuk keluarga dengan
cara yang halal dan berusaha membantu orang lain, maka insyaAllah setiap
langkah kita akan dicatat sebagai amal kebaikan oleh malaikat. Namun, jika
sebaliknya—kita menghalalkan segala cara, terjebak dalam riba, tipu daya, atau
bahkan mencuri dan korupsi—maka bukan hanya harta kita yang menjadi tidak
berkah, tetapi juga kehidupan kita yang bisa berujung pada kebinasaan.
Menolak Riba, Tipu-Tipu, dan Mencuri atau
Korupsi
Dalam mencari rezeki, ada batasan yang harus kita
pegang teguh. Salah satunya adalah mengatakan tegas “No!” terhadap riba,
tipu-menipu, dan mencuri atau korupsi. Riba bukan hanya sekadar bunga pinjaman
yang mencekik, tetapi juga sistem yang membuat orang terjerat dalam kesulitan
tanpa akhir. Tipu-menipu, baik dalam jual beli, pekerjaan, maupun urusan
lainnya, adalah kebiasaan yang hanya akan membawa kehancuran di dunia dan di
akhirat. Adapun mencuri dan korupsi—mengambil hak orang lain dengan cara yang
tidak halal—adalah tindakan yang tidak hanya mencederai orang lain, tetapi juga
menghancurkan diri sendiri.
Jangan biarkan godaan sesaat membuat kita
mengabaikan prinsip kejujuran dan keberkahan. Jika ada jalan yang tampak mudah
tetapi mengandung unsur haram, tanyakan kembali pada hati kita: Apakah Allah
ridha dengan cara ini? Jika hati kecil kita sendiri tahu jawabannya adalah
tidak, maka tinggalkan.
Jangan Bermain-main dengan Kejujuran
Mencari nafkah yang halal memang tidak selalu
mudah. Kadang kita dihadapkan pada pilihan sulit, di mana godaan untuk
mengambil jalan pintas sangat besar. Namun, satu hal yang harus selalu kita
ingat: keberkahan rezeki lebih penting daripada jumlahnya. Satu rupiah yang
halal jauh lebih berharga daripada sejuta rupiah yang didapat dengan cara
curang.
Jika kita ingin hidup tenteram, keluarga yang
harmonis, dan doa yang dikabulkan, maka jagalah kejujuran dalam bekerja. Jangan
pernah bermain-main dengan integritas. Sebab, setiap rupiah yang masuk ke dalam
rumah kita akan memengaruhi kehidupan kita dan keluarga kita. Rezeki yang haram
tidak hanya merusak hati, tetapi juga bisa menjadi penghalang datangnya
keberkahan.
Bekerja dengan Hati yang Bersih
Pada akhirnya, yang kita inginkan bukan sekadar
harta melimpah, tetapi ridha Allah. Kita ingin rezeki yang kita bawa pulang
penuh berkah, menyejukkan hati, dan membawa kebaikan bagi diri sendiri serta
orang lain. Oleh karena itu, mari kita selalu berhati-hati dalam mencari
nafkah. Pastikan niat kita lurus, cara kita benar, dan hasilnya halal. Karena
hanya dengan itulah, kita bisa menjalani hidup dengan tenang, tanpa takut dan
tanpa penyesalan.
Mari kita bekerja dengan hati yang bersih, menolak
segala bentuk riba, penipuan, dan kecurangan. InsyaAllah, dengan begitu, setiap
usaha yang kita lakukan akan menjadi ladang pahala dan membawa kita lebih dekat
kepada ridha-Nya.[]