Oleh: Siti Hajar
Dunia telah berubah dengan sangat cepat. Teknologi
semakin canggih, cara hidup manusia semakin modern, dan budaya pun terus
beradaptasi. Kehidupan kita yang dulu serba manual kini dipermudah dengan
alat-alat digital.
Komunikasi yang dulunya hanya bisa dilakukan lewat
surat atau pertemuan langsung, kini bisa terjadi dalam hitungan detik melalui
gawai. Namun, di tengah perubahan peradaban yang begitu pesat, ada satu hal
yang tetap bertahan: nilai-nilai fundamental manusia.
Kejujuran, pantang menyerah, kerja keras, dan
etika moral bukanlah hal yang lahir karena zaman modern. Sejak dahulu kala,
nilai-nilai ini sudah ada dan menjadi pedoman dalam kehidupan. Kita melihatnya
dalam kisah-kisah para nabi yang selalu mengajarkan kebenaran di tengah
kebatilan.
Kita menemukannya dalam sejarah kerajaan-kerajaan
besar yang berjaya karena kekuatan moral para pemimpinnya. Bahkan dalam dunia
perfilman, terutama film-film klasik Tiongkok yang mengangkat kisah
kepahlawanan, selalu ada pertarungan antara kebaikan dan kejahatan—sebuah
gambaran bahwa sejak dahulu, manusia selalu berjuang mempertahankan nilai-nilai
luhur.
Perjuangan antara yang baik dan yang jahat bukan
sekadar cerita fiksi. Sejarah dunia mencatat bagaimana kejahatan selalu
berusaha menindas, dan kekuatan baik akan selalu bangkit untuk melawan. Di masa
penjajahan, para pejuang Indonesia mempertaruhkan nyawa demi membela tanah
airnya dari penjajah Eropa dan Asia (Jepang).
Bangsa kita berjuang bukan sekadar untuk
mempertahankan wilayah, tetapi juga harga diri, martabat, dan hak untuk hidup
merdeka. Mereka tidak hanya menghadapi ancaman senjata, tetapi juga tipu daya
ekonomi yang mencoba menguasai hasil bumi Nusantara demi kepentingan penjajah.
Meski zaman terus berubah, nilai-nilai tersebut
tetap menjadi fondasi utama dalam kehidupan manusia. Sampai kapan pun,
kejujuran akan tetap lebih berharga daripada kebohongan. Pantang menyerah akan
tetap menjadi kunci keberhasilan, dan kerja keras akan selalu membuahkan hasil.
Anak-anak kita pun harus terus diajarkan tata
krama, menghormati sesama, dan menjunjung tinggi etika moral. Dunia mungkin
semakin maju, tetapi manusia tetaplah manusia—makhluk yang memerlukan
nilai-nilai luhur agar kehidupan tetap berjalan dengan keseimbangan.
Yang mengkhawatirkan adalah jika hari ini
anak-anak generasi kita abai dari mempelajari nilai-nilai yang seharusnya
mereka miliki sebagai self-esteem. Bayangkan mereka tumbuh seperti bang
bar-bar. Mengerjakan apa yang terlintas di otak mereka, tidak peduli apa itu
baik atau merusak.
Etika sudah tidak dimiliki. Tidak lagi menggunakan
akal dan pikiran. Hidup seperti hewan. Bukankah yang membedakan kita dengan
hewan itu pada pemakaian akal dan logika.
Tanpa kejujuran, etika, dan semangat pantang
menyerah, mereka bisa kehilangan arah dan mudah terbawa arus peradaban yang
hanya mengejar materi tanpa mempertimbangkan nilai moral. Oleh karena itu,
penting bagi kita untuk terus menanamkan prinsip-prinsip ini agar generasi
mendatang tetap memiliki pegangan yang kuat dalam menjalani kehidupan.
Peradaban bisa saja berubah, teknologi bisa
semakin canggih, tetapi nilai-nilai kebaikan akan selalu tetap sama. Karena
yang menjadikan manusia benar-benar maju bukanlah seberapa modern alat yang
mereka gunakan, tetapi seberapa teguh mereka memegang prinsip dan moral dalam
menjalani kehidupan.[]