Oleh: Siti Hajar
Dunia hari ini
seperti hidup di atas bara. Sejak tahun 2022, invasi Rusia ke Ukraina menjadi
awal babak baru dalam sejarah konflik modern. Ribuan warga sipil kehilangan
rumah, keluarga, dan tanah airnya. Belum juga reda luka di Eropa Timur, dunia
kembali diguncang oleh pertempuran sengit antara Israel dan Palestina, yang
telah berlangsung selama puluhan tahun namun kini menunjukkan intensitas paling
mematikan. Lalu disusul serangan balasan Iran kepada Israel, yang membuat
kawasan Timur Tengah kian panas.
Di balik
peristiwa-peristiwa ini, satu hal yang menakutkan mulai terlihat: negara-negara
mulai menunjukkan solidaritas kepada sekutunya masing-masing. Dan ketika
solidaritas itu menyatu dengan senjata dan dendam lama, yang terbentuk bukanlah
perdamaian, melainkan kemungkinan meletusnya konflik berskala global.
Jika Perang
Dunia III benar-benar meletus, dan saat ini sudah menunjukkan tanda-tandanya, maka
rakyat sipil—terutama perempuan dan anak-anak—akan menjadi pihak paling rentan.
Mereka bukan penentu perang, tetapi akan menjadi korban pertamanya. Maka, kesiapsiagaan
adalah bentuk perlindungan diri. Bukan untuk menakuti, melainkan untuk
menyadari bahwa dunia yang tidak stabil ini menuntut kita untuk belajar
bertahan.
Berikut 10
langkah penting yang bisa dilakukan rakyat sipil dalam menghadapi kemungkinan
pecahnya perang:
1. Siapkan Tas
Darurat (Bug Out Bag)
Tas ini harus
selalu siap diambil kapan saja. Isinya antara lain:
o
Identitas diri, fotokopi KK/KTP/akte
o
Uang tunai secukupnya dan kartu penting
o
Air minum dan makanan tahan lama (biskuit,
makanan instan)
o
Obat-obatan penting (terutama jika ada anak,
lansia, atau penderita penyakit kronis)
o
Senter, korek api, pisau lipat, peluit
o
Pakaian ganti, pembalut, popok anak
o
Power bank, radio kecil bertenaga baterai
o
Masker dan disinfektan
2. Identifikasi
Tempat Aman
- Kenali tempat berlindung di rumah (ruang tanpa
jendela, basement)
- Cari tahu lokasi pengungsian terdekat atau tempat
perlindungan publik
- Jika punya saudara di daerah pedesaan, jalin
komunikasi untuk kemungkinan mengungsi
3. Buat Rencana
Evakuasi Keluarga
- Tentukan satu titik kumpul jika terpisah
- Gunakan kata sandi keluarga untuk situasi darurat
- Latih anak-anak mengenali rute keluar dari rumah dan
lingkungan sekitar
4. Persiapkan
Komunikasi Darurat
- Simpan nomor penting di HP dan catatan fisik
- Unduh aplikasi komunikasi offline dan peta digital
yang bisa diakses tanpa internet
- Latih anggota keluarga menggunakan peluit atau sinyal
tangan darurat
5. Belajar
Pertolongan Pertama dan Survival Dasar
- Pahami cara menghentikan pendarahan, membalut luka,
dan mengatasi luka bakar ringan
- Pelajari cara menjernihkan air dan menyalakan api
- Ketahui tanaman liar yang aman dikonsumsi
6. Persiapkan
Kebutuhan Khusus Perempuan dan Anak
- Siapkan pembalut, sabun, dan kebutuhan kebersihan
pribadi
- Simpan mainan kecil atau buku cerita untuk
menenangkan anak-anak
- Ajarkan anak-anak cara bertahan: mengenali suara
sirene, bersembunyi, tidak panik
7. Bangun
Jaringan Tetangga dan Komunitas
- Jalin komunikasi dengan tetangga terdekat
- Bentuk grup kecil untuk saling bantu jika evakuasi
diperlukan
- Perempuan bisa membentuk lingkaran dukungan agar
saling menjaga dari pelecehan atau eksploitasi
8. Siapkan Dapur
Darurat dan Belajar Menanam
- Miliki peralatan masak portabel seperti kompor gas
mini
- Simpan bahan makanan tahan lama dan bumbu dasar
- Pelajari cara menanam sayuran cepat panen di pot atau
polybag
9. Simpan
Informasi dan Edukasi Diri
- Baca berita dari sumber terpercaya, hindari hoaks
- Pelajari hukum perlindungan warga sipil saat perang
(Konvensi Jenewa)
- Ajari anak mengenali bendera Palang Merah dan
tanda-tanda keselamatan
10. Jaga Iman
dan Keseimbangan Mental
- Dalam kekacauan, keimanan adalah pondasi ketenangan
- Sediakan waktu untuk berdoa, membaca kitab suci, dan
menjaga ketenangan batin
- Bangun rutinitas sederhana agar anak-anak tetap
merasa “punya dunia”
Perang mungkin
tak bisa kita hentikan. Tapi sebagai rakyat sipil, kita bisa memperpanjang
napas kehidupan dengan kesiapsiagaan. Ini bukan soal paranoid, tapi soal
bertahan. Dunia sedang bergerak ke arah yang tidak pasti. Maka jangan tunggu
semuanya gelap untuk mulai menyalakan pelita. Siap-siap dari sekarang. []