Oleh: Siti Hajar
Self talk bukan sekadar berbicara dengan diri sendiri. Ia adalah ruang untuk melihat ke dalam diri. Ruang yang kita ciptakan agar hati punya tempat untuk didengar. Ia muncul saat seseorang sedang mencuci piring tapi pikirannya penuh tanya: “Aku sudah sejauh ini, tapi apa aku benar-benar bahagia?” Atau saat seseorang sedang berkendara ke kantor, dan tanpa sadar bergumam pelan: “Bisa nggak ya aku terus bertahan seperti ini?”
Refleksi pun hadir bukan hanya saat duduk tenang
di tepi jendela. Bagi seorang muslim, refleksi justru sering kali hadir saat
dahi menyentuh sajadah. Saat tubuh bersujud, lidah tak bersuara, tapi hati
berteriak lirih:
“Ya Allah, kuatkan aku.”
“Ya Allah, ampuni kalau aku sering
mengeluh.”
“Ya Allah, aku lelah, tapi aku ingin tetap
berjalan di jalan-Mu.”
Refleksi dalam ibadah adalah momen ketika
seseorang melihat ke belakang bukan untuk menyesalinya, tapi untuk memohon
ampun dan meminta petunjuk agar langkah ke depan lebih terarah. Saat
itulah self talk dan doa menjadi satu bahasa—bahasa jiwa.
Mengapa Percakapan dengan Diri Sendiri
Begitu Penting?
Karena hidup sering kali tidak memberi waktu untuk
berhenti. Semua bergerak cepat. Harapan orang lain menumpuk di pundak.
Ekspektasi diri sendiri lebih berat dari apa pun. Jika tidak ada tempat untuk
berkata jujur, hati bisa sesak, pikiran bisa runtuh.
Self talk
memberi kesempatan untuk berkata:
- “Aku
lelah, tapi bukan berarti aku gagal.”
- “Aku
belum sempurna, tapi aku sedang berusaha.”
- “Aku
jatuh, tapi Allah masih memberiku kesempatan untuk bangkit.”
Self talk bukan hanya tentang berpikir positif,
tapi tentang berpikir jujur. Bukan menutup mata dari luka, tapi berani
melihatnya dan berkata: “Aku berdarah, tapi aku masih hidup.”
Refleksi Seorang Muslim: Saat Sujud Jadi Hamba
yang Menyerahkan Segala Urusan Hidupnya Kepada Allah
Ada momen-momen ketika air mata jatuh tanpa suara.
Ketika malam tanpa suara malam, semua orang tidur, tapi hati masih terjaga. Di
situlah seorang muslim sujud. Ia tidak hanya menundukkan kepala, tapi juga
menundukkan ego, keangkuhan, rasa takut, dan segala beban dunia.
Dalam sujud, kita berkata pada diri sendiri dan
pada Tuhan sekaligus:
“Aku tidak sekuat yang orang lihat.”“Ampuni
aku jika sering lupa bersyukur.”
“Tolong aku untuk tetap berjalan, meski
pelan.”
Refleksi dalam ibadah bukan sekadar rutinitas,
tapi pengakuan bahwa hidup ini berat, namun tidak pernah harus ditanggung
sendirian. Allah selalu ada, dan diri sendiri pun bisa menjadi sahabat—bukan
musuh. Ini adalah saat seorang hamba menyerahkan segala urusan hidupnya ke[ada
Allah sang Maha pencipta.
Jangan Lagi Diam pada Diri Sendiri
Self talk adalah
cara pulang ke diri sendiri. Refleksi
adalah cara pulang kepada Allah. Dan keduanya adalah perjalanan yang kita
butuhkan, agar masa lalu tidak menahan langkah, melainkan memberi arah.
Maka, ketika hari terasa berat, jangan hanya diam.
Ajak dirimu bicara. Tatap masa lalu dengan lembut, genggam masa kini dengan
sabar, dan titipkan masa depan dalam doa.
Karena terkadang, yang kita butuhkan bukan jawaban dari dunia, tapi percakapan jujur dengan diri sendiri—dan sujud yang panjang di hadapan Allah Subhanahuwata’ala. []
