Oleh: Siti
Hajar
Suatu malam aku mulai
menonton film yang tayang di Netflix dan sudah didownload oleh suamiku-Bang
Budy. Dia merekomendasikan untukku.
“filmnya bagus.
Kamu pasti menyukainya.”
Benar saja sejak
episode pertama langsung mencuri hatiku—Extraordinary Attorney Woo. Pemeran
utamanya, aktris Korea Park Eun-bin, memerankan tokoh Woo Young-woo, seorang
pengacara muda yang didiagnosis autisme. Tapi bukan itu yang membuatku terus
menonton.
Woo Young-woo
adalah dunia dalam dirinya sendiri. Dia hafal seluruh isi buku hukum milik
ayahnya yang tebal. Dia mencintai paus, bukan sekadar menyukai, tapi hidup
bersama setiap jenisnya dalam imajinasi. Di kamarnya, di tasnya, bahkan dalam
analogi-analoginya saat menjelaskan hukum—semuanya tentang paus. Ini bukan
sekadar obsesi, tapi caranya meraba dunia.
Woo
menyelesaikan studi hukum di salah satu universitas terbaik Korea, dan akhirnya
bekerja di firma hukum besar—bertemu orang-orang ‘normal’, yang awalnya
melihatnya aneh: caranya berbicara yang monoton, kecanggungannya dalam situasi
sosial, kebiasaan menyebut namanya sendiri setiap kali memperkenalkan diri (“Saya
Woo Young-woo, dibaca dari depan dan belakang tetap Woo Young-woo”), dan
caranya berjalan lurus keluar pintu.
Namun, dari
balik semua itu, dia jenius. Dia bisa melihat celah hukum yang tak terdeteksi
oleh rekan-rekannya. Dalam setiap kasus, dia seolah membuka jendela dari sisi
yang tidak pernah dipikirkan orang lain. Dia menyentuh sisi manusiawi dari
hukum, tidak sekadar pasal-pasal dingin. Dan ya, aku menonton serial ini lebih
dari sekali.
Tentu saja aku
tertarik dan selalu penasaran. Benar saja setiap aku menonton pada setiap
episodenya membuka lapisan-lapisan baru: tentang autisme, tentang empati,
tentang apa arti menjadi manusia.
Baiklah mari
kita mengenal lebih jauh tentang Autism.
Apa Itu
Spektrum Autisme dan Mengapa Sering Disalahpahami?
Banyak yang
mengira autisme hanyalah soal anak yang tak bisa bicara, suka menyendiri, atau
melakukan gerakan aneh berulang. Tapi autisme adalah spektrum—artinya
sangat luas dan beragam. Ada anak seperti Woo Young-woo, verbal, jenius, tapi
canggung secara sosial.
Ada juga
anak-anak yang belum bisa bicara, lebih banyak hidup dalam dunianya sendiri,
tapi menyimpan sensitivitas tajam terhadap suara, cahaya, atau emosi orang di
sekitarnya.
Autisme bukan
penyakit. Bukan gangguan jiwa. Tapi cara otak yang bekerja secara berbeda.
Dunia terlalu sering menganggap yang berbeda itu ‘aneh’, padahal bisa jadi
justru itulah yang membuat mereka luar biasa.
Beragamnya
Tingkatan dalam Spektrum Autistik
Spektrum autisme
memiliki tingkatan, yang biasanya dibagi menjadi:
- Level 1 (High Functioning): seperti Woo
Young-woo, bisa bicara, belajar di sekolah reguler, punya IQ normal bahkan
tinggi, tapi kesulitan membaca isyarat sosial.
- Level 2 (Moderate Support): butuh lebih
banyak dukungan, biasanya ada keterlambatan bicara, cenderung melakukan
perilaku berulang, dan sulit membangun interaksi yang konsisten.
- Level 3 (Low Functioning): kesulitan berat
dalam komunikasi, perilaku yang sangat terbatas, dan sering dianggap
‘sulit dipahami’.
Tapi penting
diingat: tingkat ini bukan batasan kemampuan, hanya kebutuhan dukungan. Anak
bisa berkembang luar biasa bila diarahkan dengan cara yang pas.
Ciri-Ciri
Anak dalam Spektrum Autisme
Kita mungkin
pernah melihat anak yang:
- Sangat senang melihat kipas angin berputar
- Menyukai suara mikrofon dan mendengarkan dengung
suaranya sendiri
- Memanjat lemari tanpa takut
- Tertarik dengan keramaian, tapi menanggapinya
dengan teriakan atau gerakan aneh
- Terpaku pada satu topik, benda, atau pola
- Senang membongkar mesin, misalnya mobil-mobilan
(penasaran bagaimana mobil bergerak dan mengeluarkan suara)
Semua itu bukan
karena mereka nakal, atau ‘tidak normal’. Mereka hanya beroperasi dengan sistem
yang berbeda. Yang kita lihat sebagai ganjil, bisa jadi adalah bagian dari cara
mereka memahami dan menyerap dunia.
Mengenali
Bakat dari Keanehan
Orang tua yang
bijak tak buru-buru melabeli. Mereka mengamati, menerima, dan menggali. Seperti
Woo Young-woo yang mencintai paus dan buku hukum, beberapa anak autistik
menunjukkan minat ekstrem pada topik tertentu—angka, musik, bentuk, bahkan alat
elektronik. Dan dari situ, bakat luar biasa bisa ditemukan.
Ada anak yang
tak mau bicara, tapi bisa memainkan piano tanpa diajarkan. Ada yang tak bisa
duduk diam, tapi bisa menyusun puzzle kompleks dalam waktu singkat. Keanehan
mereka bukan rintangan, tapi petunjuk. Pelajari dan pahami.
Bagaimana
Orang Tua Bisa Mendampingi Anak Autistik?
- Terima Anak dengan Penuh Syukur. Penerimaan
adalah kunci. Anak tidak akan berkembang jika terus dibandingkan atau
dipaksa menjadi 'seperti anak lain'.
- Lakukan Evaluasi Dini. Diagnosis bukan
akhir, tapi awal. Dengan mengetahui profil kebutuhan anak, kita bisa
menyesuaikan pendekatan.
- Dampingi Sesuai Minat dan Kebutuhan Sensorik. Jika
anak senang mendengar suara dengung, ciptakan waktu bermain sensorik. Jika
dia tertarik pada struktur, arahkan ke aktivitas seperti lego atau
membangun.
- Beri Ruang, Tapi Juga Batasan. Anak autistik
butuh rutinitas dan prediktabilitas. Tapi mereka juga perlu diajak
mengenal dunia di luar zona nyaman.
- Bangun Komunikasi, Bukan Sekadar Bicara. Komunikasi
bukan soal kata, tapi soal koneksi. Ada anak yang lebih merespons gambar,
sentuhan, atau lagu daripada perintah verbal.
Secara
Sederhana dapat Dipahami sebagai berikut:
🌈
Apa Itu Autisme?
Autisme adalah cara
berbeda seseorang melihat dunia dan berinteraksi dengan orang lain. Orang
dengan autisme mengalami tantangan dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan memiliki
cara unik dalam berpikir atau melakukan sesuatu.
Autisme disebut
“spektrum” karena tidak semua anak autis itu sama. Ada yang bisa
berbicara lancar, ada yang tidak bicara sama sekali. Ada yang sangat pintar
dalam satu bidang (misalnya menggambar, berhitung, atau mengingat), ada juga
yang butuh bantuan dalam kehidupan sehari-hari.
🧠
Mengapa Disebut Spektrum?
Bayangkan
pelangi 🌈—ada warna yang terang, ada yang lembut.
Begitu juga dengan autisme.
Beberapa anak hanya butuh sedikit bantuan (misalnya kesulitan memahami perasaan
orang lain), tapi ada juga yang butuh banyak bantuan (misalnya tidak bisa
berbicara atau sulit mengenali bahaya).
📚
Sederhananya, Anak Autis Mungkin:
- Tidak suka kontak mata atau pelukan.
- Lebih suka bermain sendiri dan sulit
berteman.
- Tertarik pada hal tertentu secara berlebihan
(misalnya: hanya mau bicara soal dinosaurus, kipas angin, angka).
- Melakukan gerakan berulang (misalnya
mengepak tangan, mengayun tubuh).
- Tidak suka perubahan rutinitas (misalnya
marah kalau sendok makannya dipindah).
Tapi di sisi
lain, mereka bisa sangat fokus, punya ingatan luar biasa, atau bakat
unik, seperti menggambar dari ingatan, menghafal buku, atau merakit benda
dengan presisi.
👪
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
- Terima dan pahami bahwa anak hanya
“berbeda”, bukan rusak.
- Cari tahu minat dan kekuatan anak, bukan
hanya kelemahannya.
- Konsultasikan ke profesional (psikolog anak,
dokter tumbuh kembang) untuk membantu mengenali apa yang terbaik untuk
anak.
- Bimbing dengan sabar, karena anak ini butuh
cinta dan pengertian lebih, bukan hukuman.
- Bangun rutinitas yang stabil dan berikan
lingkungan yang aman.
Anak autis bukan
anak nakal. Mereka bukan "tidak mau" berinteraksi, tapi memang butuh
cara dan waktu yang berbeda untuk memahami dunia.
Mereka bisa
tumbuh menjadi versi terbaik diri mereka sendiri bila diberi dukungan
yang tepat.
Seperti dalam serial Extraordinary Attorney Woo, kita belajar bahwa
keunikan bisa menjadi kekuatan luar biasa.
Dunia Butuh
Lebih Banyak Woo Young-woo
Apa yang membuat Woo Young-woo begitu memikat bukan hanya kejeniusan hukumnya. Tapi kemanusiaannya. Dia menunjukkan bahwa meski ia berpikir secara berbeda, ia bisa merasakan, mencintai, dan memperjuangkan keadilan. Dan itulah yang banyak dari kita lupakan saat berhadapan dengan anak-anak autistik—mereka juga bisa memahami, tapi dengan caranya sendiri.
Spektrum autisme bukan sekadar label medis. Ia adalah dunia yang belum banyak dipahami, namun penuh warna dan kedalaman. Kisah Woo Young-woo mengajarkan bahwa di balik kecanggungan dan kebiasaan unik, bisa tersembunyi kecerdasan luar biasa, empati yang dalam, dan kekuatan yang mengubah dunia.
Mungkin anakmu
suatu hari akan menjadi pengacara yang berdiri di ruang sidang, atau mungkin
hanya ingin tinggal di rumah dan membuat seni dengan kertas lipat. Apapun itu, yang
mereka butuh bukan penilaian, tapi pendampingan.
Dan seperti paus-paus dalam imajinasi Woo Young-woo, anak-anak ini mungkin berenang di kedalaman mereka sendiri—tapi bila kita mau menyelam bersama mereka, kita bisa melihat dunia yang sungguh menakjubkan. Mereka tetap memiliki dunianya sendiri, seperti halnya kita juga.[]