10+ Olahan Daging Qurban yang Menggoda Selera

Oleh: Siti Hajar

Menyambut Hari Raya Idul Adha, satu hal yang hampir tak bisa dipisahkan adalah momen menikmati daging qurban, baik di hari raya itu sendiri maupun di hari-hari setelahnya. Suasana penuh berkah ini bukan hanya terasa di masjid atau lapangan tempat shalat ied digelar, tetapi juga sampai ke dapur-dapur rumah yang mendadak sibuk mengolah berbagai menu berbahan dasar daging.

Beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan semakin banyak orang yang diberi kemampuan untuk berqurban. Hal ini membuat distribusi daging qurban menjadi lebih meluas dan merata. Bahkan bagi mereka yang belum mampu berqurban pun tetap bisa menikmati limpahan berkah ini.

Tidak hanya satu atau dua sumber, daging qurban bisa datang dari berbagai arah. Lima hingga tiga hari sebelum hari raya, para panitia sudah mulai mendistribusikan daging kepada yang berhak. Ada yang menerima dari kampung halamannya, ada pula yang mendapatkannya dari kantor tempat bekerja, bahkan dari sekolah anak-anak.

Beberapa keluarga mendapatkan lebih dari satu paket daging, karena kerabat atau kenalan yang tinggal jauh pun turut mengirimkan bagian qurban kepada mereka—terutama jika mengetahui bahwa keluarga tersebut termasuk dalam kategori yang layak menerima. Begitulah indahnya semangat berbagi dalam Idul Adha. Tidak terbatas jarak, tidak terhalang ruang. Daging qurban menjadi simbol kasih sayang yang melintasi batas geografis dan sosial.

Karena berlimpahnya daging inilah, banyak orang mulai bereksperimen dengan olahan-olahan yang tidak biasa mereka masak di hari-hari lain. Ada rasa antusias sekaligus tantangan: bagaimana mengolah daging agar tahan lebih lama, tanpa kehilangan cita rasa. Tak sedikit yang menggali kembali resep-resep lama yang diwariskan dari orang tua dan kakek-nenek mereka, yang dulu terbiasa menyimpan daging dalam waktu lama dengan cara-cara alami tanpa bantuan lemari pendingin.

Di momen inilah, kreativitas dapur menjadi bagian dari tradisi qurban. Mengolah daging tidak lagi sebatas memasak untuk disantap hari itu juga, tetapi juga tentang bagaimana menyimpannya dalam bentuk yang lebih tahan lama, lebih praktis, namun tetap menggugah selera. Beberapa teknik memasak daging yang bisa disimpan lama pun kembali populer dan menjadi pilihan banyak keluarga.

Berikut ini adalah sejumlah olahan daging qurban yang bukan hanya menggoda selera, tetapi juga memiliki daya tahan lebih lama, sehingga bisa dinikmati berhari-hari setelah Idul Adha berlalu:

  1. Sie Reuboh. Olahan khas Aceh ini dimasak dengan cuka, bawang, dan rempah pilihan. Asam dari cuka menjadi pengawet alami, menjadikan sie reuboh bisa tahan hingga berbulan-bulan, asalkan dipanaskan ulang secara berkala. Rasanya yang khas—asam, gurih, dan sedikit pedas—membuat siapa pun ingin menambah nasi.
  2. Sate Daging. Tidak hanya ayam yang bisa disate. Daging sapi atau kambing qurban yang dipotong dadu, dibumbui manis-gurih dengan kecap dan bawang, lalu dibakar perlahan, menciptakan rasa yang sangat menggoda. Cocok sebagai menu pembuka atau sajian utama saat berkumpul bersama keluarga.
  3. Masak Merah (Masak Mirah). Masakan khas Aceh lainnya yang dimasak dengan cabai merah, rempah kari bawang-bawanganl. Rasanya tajam, segar, dan sedikit pedas. Akan lebih lezat bila menggunakan banyak tetelan, eheemm... abaikan kolesterol yang berteriak nyaring... Dimakan dengan nasi putih hangat. Nikmatnya, Masyaallah.
  4. Masak Putih (Masak Puteh). Sesuai namanya, masakan ini berkuah putih, dimasak tanpa cabai, dengan santan, bawang putih, ketumbar, dan serai. Rasanya lembut dan gurih, sangat pas disantap oleh anak-anak atau yang tidak menyukai rasa pedas. Cocok bagi yang jaga-jaga pedas dan asam dan juga anak-anak.
  5. Sie Balu / Sie Tho. Daging yang dikeringkan dengan hanya ditambahkan garam dan sedikit cuka (ie limeng), kemudian dijemur atau digantung dekat perapian. Daging dipotong kecil, direndam sebentar agar lebih lunak, lalu digoreng. Ini adalah lauk masa perang orang Aceh dahulu—tahan lama dan bernutrisi.
  6. Dendeng. Daging diiris tipis, dibumbui, lalu dijemur atau dikeringkan. Bisa digoreng kapan saja dan disimpan sebagai stok andalan di rumah.

7.  Abon Daging. Daging disuwir halus dan dimasak hingga kering dengan bumbu manis-gurih. Meski prosesnya panjang, hasilnya sangat memuaskan dan awet hingga sebulan jika disimpan dalam wadah kering tertutup.

  1. Rendang. Masakan Minang yang tak hanya nikmat, tetapi juga awet. Dimasak berjam-jam hingga bumbunya mengering dan meresap sempurna ke dalam daging. Bisa bertahan berminggu-minggu jika disimpan baik.
  2. Empal. Daging. Daging direbus dengan bumbu, kemudian digoreng hingga kering. Disimpan di kulkas, bisa dipanaskan ulang dengan mudah dan tetap lezat.
  3. Daging Suwir Bumbu Pedas/Manis. Daging disuwir, lalu dimasak dengan cabai atau kecap hingga kering. Cocok sebagai bekal, pelengkap nasi, atau lauk sahur.
  4. Daging Asap. Daging diasap perlahan untuk mengurangi kadar air dan memberi aroma khas. Teknik tradisional ini bisa membuat daging tahan lama tanpa lemari es.
  5. Semur atau Gulai Kering. Umumnya dimasak berkuah, namun untuk daya simpan lebih lama, kuahnya dimasak habis hingga menyatu dengan daging. Semakin lama disimpan, semakin meresap dan nikmat.
  6. Daging Jemur. Salah satu teknik paling sederhana dan hemat energi. Daging diiris tipis, dibumbui garam dan bawang, lalu dijemur hingga benar-benar kering. Setelah itu, digoreng kering hingga menyerupai kerupuk. Di Aceh, cara ini masih banyak dilakukan, terutama di kampung-kampung, sebagai bentuk kearifan lokal dalam mengawetkan makanan.

Di balik semua resep ini, ada hal yang tidak boleh lupa, bahwa semua ini adalah nikmat yang telah Allah berikan lewat ibadah qurban, jangan disi-siakan. Karena itu, Ayo bersemangat menyambut Idul Adha. Mari kita mengolahnya dengan rasa syukur, penuh kreativitas, dan keinginan untuk berbagi untuk sesama.

Selamat mencoba berbagai olahan daging qurban, dan selamat Idul Adha penuh keberkahan! []

Lebih baru Lebih lama