Seminggu yang lalu, aku menghabiskan sekitar enam
jam di ruang gawat darurat (UGD). Di tengah suasana sibuk dan penuh degup
was-was itu, masuk seorang pria muda dengan kain yang menutupi pelipis
kanannya. Aku sempat mengira itu luka kecil. Namun begitu kainnya diangkat,
darah segar langsung mengucur deras dari kepalanya. Perawat refleks berteriak
memanggil dokter, mengatakan bahwa lukanya cukup dalam dan butuh dijahit
berlapis.
Anehnya, si bapak muda itu tetap tenang, bahkan
sesekali tersenyum seolah yang dialaminya hanya luka ringan. Padahal, darah
terus mengalir dan aku berpikir, bukankah ia seharusnya sudah lemas? Ternyata,
dia adalah korban kejatuhan kayu di tempat kerja. Dan yang lebih menyedihkan,
ia tak mengenakan helm saat kejadian itu terjadi.
Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyarankan
pasien untuk dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar. “Ini harusnya termasuk
operasi kecil,” ujar dokter dengan nada prihatin. Sayangnya, pasien menolak
untuk dirawat inap. Ia ingin segera pulang setelah lukanya diperban. Namun,
dokter menolak keinginan itu karena luka di kepala bukan perkara sepele.
Untungnya, keluarga pasien datang tak lama kemudian dan langsung membawanya ke
rumah sakit rujukan.
Pengalaman ini kembali mengingatkanku betapa
pentingnya melindungi kepala — baik di jalan raya, di tempat kerja,
maupun dalam aktivitas sehari-hari lainnya. Kepala bukan sekadar bagian atas
tubuh, ia adalah pelindung utama otak, pusat kendali hidup kita. Dan berikut
empat alasan kenapa kepala harus selalu kita lindungi:
1. Otak adalah Organ Vital yang Tidak Bisa Diganti
Kepala melindungi otak — organ yang mengatur
segalanya dalam tubuh: berpikir, bergerak, merasa, hingga bernapas. Ketika
kepala terbentur keras, otak bisa mengalami cedera serius seperti gegar otak,
pendarahan, hingga kerusakan permanen. Tidak seperti tulang atau kulit yang
bisa sembuh, otak yang rusak seringkali tak bisa pulih sepenuhnya.
2. Cedera Kepala Bisa Berakibat Fatal atau Menyebabkan Cacat Seumur Hidup
Banyak orang tidak menyadari bahwa luka di kepala,
meski tampak kecil, bisa berdampak besar. Pendarahan internal, retakan
tengkorak, atau pembengkakan otak bisa terjadi tanpa tanda yang langsung
terlihat. Akibatnya bisa fatal jika tidak segera ditangani. Bahkan, sebagian
penderita mengalami cacat kognitif atau fisik sepanjang hidup.
3. Helm dan Alat Pelindung Didesain untuk Menyelamatkan Nyawa
Baik saat berkendara motor maupun bekerja di
lokasi proyek, helm bukan aksesori. Ia adalah alat pelindung diri yang bisa
menjadi pembeda antara hidup dan mati. Material helm didesain untuk menyerap
benturan dan melindungi otak dari guncangan hebat. Sayangnya, masih banyak
orang meremehkan penggunaannya.
4. Menjaga Kepala adalah Bentuk Rasa Syukur atas Karunia Hidup
Melindungi kepala berarti menjaga karunia Tuhan
yang paling berharga. Ini juga bentuk tanggung jawab terhadap keluarga yang
mencintai dan menggantungkan harapan pada kita. Kecelakaan bisa terjadi kapan
saja, dan tindakan kecil seperti memakai helm atau topi pelindung bisa membuat
perbedaan besar dalam hidup seseorang.
Memang, maut kadang datang dari arah yang tak kita
duga, di luar prediksi dan di luar kuasa manusia. Namun, berhati-hati adalah
pilihan terbaik yang bisa kita ambil agar selamat. Bahkan saat kita hanya
bekerja di rumah — yang tampak sederhana namun ternyata sangat rawan kecelakaan
— tidak ada salahnya mengenakan helm. Jika tak tersedia helm proyek, helm
untuk berkendara pun boleh digunakan. Karena ketika kepala sudah terluka,
tak ada kata "andaikan" yang mampu mengembalikan waktu. Lebih baik
dianggap berlebihan, daripada menyesal saat segalanya sudah terlambat.
Mari jadikan keselamatan sebagai budaya, bukan
sekadar kewajiban. Karena satu detik kelalaian bisa membuat kita menyesal
seumur hidup. Lindungi kepala, jaga nyawa. Sebab hidup ini terlalu berharga
untuk dipertaruhkan hanya karena lupa mengenakan pelindung kepala. []