Di usia muda,
kita senang berteman dengan siapa saja. Kita membuka pintu selebar-lebarnya
untuk orang-orang baru, mencoba banyak hal, masuk ke banyak lingkaran, dan
mengisi energi dengan kebersamaan. Tapi seiring waktu, kita mulai memahami
bahwa kualitas lebih penting dari kuantitas.
Dulu, ketika
masih remaja atau awal dua puluhan, rasanya mudah sekali punya banyak teman.
Satu grup pertemanan bisa berisi puluhan nama yang setiap malam sibuk saling
berkabar. Nongkrong hampir tiap akhir pekan, jalan bareng, tertawa, dan berbagi
cerita tanpa henti. Tapi waktu berjalan. Usia bertambah. Lalu tanpa terasa,
circle pertemanan yang dulu ramai itu mulai menyusut, mengecil… menyisakan
hanya segelintir nama yang tetap bertahan.
Berikut 7
Alasan Mengapa Semakin Tua Pertemanan Kita Semakin sedikit
1. Kita
Semakin Selektif, Bukan Semakin Sombong
Bertambah usia
membuat kita lebih sadar akan nilai waktu dan energi. Dulu, semua orang terasa
cocok. Sekarang, kita mulai membedakan mana yang benar-benar membawa kebaikan,
dan mana yang hanya datang ketika suasana senang.
Circle mengecil
bukan karena kita menutup diri, tapi karena kita membuka ruang hanya untuk yang
benar-benar penting. Yang mengerti diam kita, hadir tanpa banyak basa-basi, dan
tetap tinggal walau kita tak lagi mudah untuk selalu ada.
2. Waktu dan
Energi Menjadi Barang Mewah
Saat kecil,
waktu seperti tak habis-habis. Tapi dewasa? Tiba-tiba sehari terasa terlalu
singkat. Ada pekerjaan, rumah tangga, tanggung jawab, dan mungkin anak-anak.
Menyisihkan waktu untuk nongkrong atau sekadar ngobrol panjang butuh
perjuangan.
Teman-teman kita
juga mengalami hal yang sama. Sibuk dengan dunianya. Dan perlahan, komunikasi
yang dulu intens jadi sekadar "like" di media sosial atau
"selamat ulang tahun" setahun sekali. Circle mengecil bukan karena
kehilangan rasa, tapi karena waktu dan jarak mengubah ritmenya.
3. Nilai dan
Arah Hidup Berubah
Ada masanya kita
cocok dengan seseorang karena suka hal yang sama: hobi, tempat nongkrong, atau
suasana seru. Tapi seiring bertumbuh, kita mulai punya prioritas hidup
masing-masing.
Teman lama bisa
terasa asing ketika cara pandang, nilai, atau arah hidup sudah berbeda jauh.
Bukan berarti hubungan jadi buruk—hanya saja, tidak lagi berjalan sejajar. Kita
tidak marah, tidak kecewa, hanya…berjarak. Dengan penuh penerimaan.
4. Luka dan
Pengalaman Mengajarkan Kehati-hatian
Makin banyak
usia, makin banyak cerita. Termasuk cerita tentang dikhianati, dimanfaatkan,
atau kecewa pada orang yang dulu kita anggap dekat. Kita jadi lebih
berhati-hati. Tidak mudah terbuka. Tidak lagi sembarang percaya.
Bukan berarti
tidak ingin berteman, tapi kita tahu bahwa membuka hati pada orang yang salah
bisa melelahkan. Maka kita jaga lingkaran itu kecil—namun kuat dan aman.
5. Kita
Belajar Merayakan Kesendirian
Dulu, sepi
terasa menyedihkan. Tapi kini, sepi kadang justru menenangkan. Kita mulai
nyaman dengan diri sendiri, dan tidak merasa harus selalu dikelilingi banyak
orang untuk merasa hidup.
Kita mengisi
hidup dengan makna, bukan keramaian. Dan ketika ada satu-dua teman yang tetap
setia, yang tidak pergi meski tak tiap hari bicara—kita tahu, itulah berkah
sejati.
Circle
pertemanan yang mengecil bukan tanda kehilangan. Tapi tanda penyaringan
alami kehidupan. Yang tinggal bukan yang paling lama hadir, tapi yang
paling dalam maknanya.
Dan kalau kamu
masih punya satu atau dua orang yang bisa kamu hubungi saat kamu rapuh, yang
tahu versi dirimu saat jatuh dan tetap bertahan—itu lebih dari cukup.
Kadang, dalam
hidup yang terus berubah, justru circle kecil yang membuat kita tetap utuh.