Oleh: Siti
Hajar
Dinamika
pertemanan yang tidak selamanya stabil, meski terasa hangat di awal. Ada orang
yang kita pikir sahabat jiwa, ternyata hanya menganggap kita sebatas kenalan.
Ada yang tiba-tiba muncul dalam hidup, lalu serasa sudah terikat batin sejak
lama. Dan ada juga luka-luka kecil dalam pertemanan—kadang karena ekspektasi,
kadang karena asumsi, dan seringkali karena ketidakseimbangan rasa.
Tentang usia
pertemanan yang sudah 10 tahun, memang banyak yang mengatakan bahwa waktu
adalah ujian yang paling jujur. Jika pertemanan bisa bertahan selama
itu—melewati konflik, perubahan hidup, jarak, bahkan jeda komunikasi—besar
kemungkinan bahwa itu adalah pertemanan yang tahan uji. Tapi tetap saja,
panjangnya usia tidak selalu menjamin kedalaman dan keutuhan hubungan. Kadang
yang sepuluh tahun bisa rapuh, sementara yang baru setahun justru tumbuh kuat.
Dan benar,
menjaga rahasia adalah ujian sejati dalam pertemanan. Ketika keadaan sedang
buruk, ketika ada jarak atau sakit hati, di situlah karakter asli seorang teman
terlihat: apakah ia memilih untuk diam dan menjaga, atau justru membuka aib
sebagai bentuk balas dendam tersembunyi.
How to be a good friend? Menjadi teman
yang baik bukan soal selalu hadir secara fisik, tapi tentang menjadi tempat
yang aman. Ini beberapa prinsip yang bisa kita pegang agar menjadi teman yang
bisa dipercaya, bahkan dalam kondisi paling sulit:
- Simpan cerita, bukan hanya saat suka, tapi
terutama saat kecewa. Apa yang orang percayakan padamu adalah bagian
dari dirinya. Jangan menggunakannya sebagai peluru, bahkan ketika kalian
sedang tidak baik-baik saja.
- Jaga nama baiknya, bahkan di belakangnya.
Jika orang lain menggibah tentang dia, kamu tidak perlu membela dengan
marah, tapi cukup netral dan tidak ikut menambahi luka. Diam yang bijak
juga bentuk pembelaan.
- Terima bahwa manusia berubah. Kadang bukan
karena kita atau dia berubah menjadi buruk, tapi hanya karena hidup
membawa kita ke jalur yang berbeda. Jangan paksa untuk tetap sedekat dulu,
tapi doakan agar tetap baik dari jauh.
- Jangan posisikan teman sebagai pesaing.
Kalau dia sukses, bahagialah. Kalau dia jatuh, rangkullah. Rasa iri adalah
racun diam yang bisa membunuh pertemanan.
- Bersikap adil saat konflik. Kalau kamu
kecewa, katakan. Kalau kamu terluka, ungkapkan. Tapi jangan simpan racun
dalam hati sambil berpura-pura baik.
- Hindari jadi “pagar makan tanaman.” Jika
kamu tahu kelemahan atau celah temanmu, lindungi dia, bukan manfaatkan.
Itulah loyalitas.
Kita semua pernah mengalami luka dari orang yang kita anggap teman. Tapi itu tidak seharusnya membuat kita berhenti menjadi teman yang baik. Jadilah seseorang yang tetap menjaga bahkan ketika tak lagi dijaga. Karena kelak, orang-orang akan mengenangmu bukan karena apa yang kamu katakan, tapi karena bagaimana mereka merasa saat bersamamu. Insyaallah kita menjadi teman yang baik bagi teman kita sendiri. []