Oleh: Siti Hajar
Setiap kali
menatap cermin, kita mungkin mulai melihat satu-dua garis halus yang dulu tak
ada. Di sudut mata, di antara alis, di sekitar mulut. Kulit yang dulu kencang
perlahan tampak mengendur. Dan tanpa disadari, kita bertanya: kenapa kulit
jadi keriput seiring bertambahnya usia?
Pertanyaan ini
bukan sekadar urusan estetika. Ini tentang tubuh yang perlahan berubah, tentang
perjalanan yang telah kita lalui, dan tentang waktu yang tak pernah diam.
Kulit kita,
seperti halnya kita, punya kisah hidupnya sendiri. Ia lahir, tumbuh, mengalami
pasang surut, dan akhirnya ikut menua. Sejak bayi, kulit begitu halus dan
kenyal karena kaya akan kolagen dan elastin—dua protein penting yang menjaga
kulit tetap kuat dan lentur. Tapi sayangnya, tubuh kita tidak memproduksi
kolagen dan elastin selamanya dalam jumlah melimpah.
Memasuki usia
30-an, produksi kolagen mulai menurun sedikit demi sedikit. Elastin pun tak
lagi bekerja seefisien dulu. Kulit mulai kehilangan kekencangannya. Proses ini
alami—seperti daun yang menguning di musim gugur. Perlahan tapi pasti.
Dan bukan hanya
itu. Seiring waktu, kulit juga menjadi lebih kering karena kelenjar minyak tak
lagi seaktif dulu. Lemak di bawah kulit menipis, membuat wajah terlihat lebih
cekung. Otot-otot wajah yang tadinya kuat dan kencang mulai melemah, membuat
garis-garis ekspresi yang dulu hanya muncul saat tertawa, kini menetap seakan
mengukir cerita hidup di wajah kita.
Di luar tubuh,
lingkungan juga ikut campur. Sinar matahari, polusi, rokok, stres, dan kurang
tidur adalah sahabat dekat dari penuaan dini. Mereka mempercepat munculnya
keriput. Bukan karena mereka jahat, tapi karena begitulah interaksi kita dengan
dunia luar yang sering tak kita sadari dampaknya.
Namun, keriput
bukan musuh. Ia adalah jejak waktu. Setiap garis di wajah adalah saksi
kehidupan. Mungkin ada garis tawa karena banyaknya senyum yang kita bagi. Ada
kerut dahi dari kekhawatiran saat mendidik anak. Atau garis tipis di sudut mata
yang muncul setelah malam-malam panjang tak tidur karena menjaga orang
tercinta.
Keriput bukan
hanya tentang usia—tapi tentang cinta, perjuangan, dan kisah yang tak selalu
terucap.
Kita sering
mendengar kalimat sederhana namun penuh makna dari orang-orang yang sedang
dimabuk cinta: "Aku ingin menua bersamamu." Kalimat ini
terdengar manis, tapi sesungguhnya ia menyimpan harapan yang paling dalam.
Bukan hanya untuk tetap hidup bersama, tetapi untuk berbagi seluruh catatan
sejarah hidup—dari muda, menua, hingga bila bisa... mati pun bersama.
Karena dalam
hati kecil banyak dari kita menyimpan keinginan itu: Jika harus menua, aku
ingin menua bersamamu. Dan jika bisa, aku pun ingin mati bersamamu, agar tak
satu pun dari kita merasa ditinggalkan. Agar tidak ada yang berkata dengan mata
berkaca, "Kamu curang... kamu meninggalkanku sendiri di dunia ini."
Namun, begitulah
kehidupan. Tak satu pun dari kita tahu siapa yang akan pergi lebih dulu. Dan di
situlah makna menerima menjadi sangat penting. Menjadi tua, menjadi keriput,
menjadi sendiri—semuanya bagian dari perjalanan yang tak bisa kita atur
sepenuhnya, tapi bisa kita hadapi dengan hati yang penuh syukur.
Meski keriput
adalah bagian dari kisah hidup, bukan berarti kita tidak bisa memperlambat
kedatangannya. Menjaga kelembapan kulit dan kesehatan dari dalam bisa membantu
kulit tetap bersinar seiring bertambahnya usia.
Beberapa cara
sederhana yang bisa kita lakukan:
- Perbanyak minum air putih, karena kulit yang
terhidrasi akan tampak lebih segar dan kenyal.
- Hindari paparan sinar matahari langsung, atau
gunakan pelindung seperti topi dan tabir surya saat berada di luar rumah.
- Jaga pola makan yang sehat, kaya akan sayur, buah,
dan makanan berprotein baik yang mendukung produksi kolagen.
- Tidur yang cukup, karena saat tidur tubuh
memperbaiki sel-sel, termasuk kulit.
- Kelola stres, karena stres yang berlarut bisa
membuat kulit lebih cepat menua.
Merawat kulit
bukan soal ingin tetap muda, tapi bentuk penghargaan kita pada tubuh yang telah
setia menemani. Ia pantas mendapat sentuhan cinta setiap hari.
Kita tidak kehilangan kecantikan saat keriput datang; kita justru memiliki kedewasaan dan cerita yang tak dimiliki oleh kulit muda. Namun, menjaganya lebih lama adalah investasi, dan bukankah itu lebih berharga. Sama berharganya Hidup Lebih Lama Bersamamu. Jika Allah mengizinkan. Insyaallah …. []