Bagaimana Introvert Menemukan Cintanya

Oleh: Siti Hajar

Ada yang bilang, menjadi introvert itu seperti hidup di dunia yang lebih sunyi. Tidak ramai dengan suara-suara yang bertebaran, tidak juga selalu ingin berada di tengah keramaian. Aku tahu betul rasanya. Karena aku pun seorang introvert. Bedanya, aku kadang punya sisi lain—sisi yang tiba-tiba ingin keluar ke panggung, berdiri di depan banyak orang, berbicara, atau sekadar menikmati suasana ramai.

Suamiku berbeda. Ia seorang introvert parah. Dunia sepinya adalah rumahnya, ruang tenang tempat ia merasa aman. Baginya, berada di tengah keramaian adalah beban, sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Jika aku punya pintu rahasia untuk sesekali keluar ke dunia luar, pintu miliknya hampir selalu tertutup rapat.

Di sinilah perjalanan cinta kami terasa unik. Aku yang sesekali butuh panggung, dan dia yang lebih memilih sunyi. Ada saat-saat aku harus tampil di depan banyak orang, dan di situlah aku tahu ia berkorban. Meski berat, ia tetap menemani, berdiri di sisiku, walau dalam diam. Aku bisa merasakan letihnya, bisa membaca wajahnya yang ingin segera pulang, tapi justru itulah bahasa cinta yang ia tunjukkan.

Seorang introvert mungkin jarang menaruh hati pada pertemuan singkat. Ia tidak pandai basa-basi, tapi ketika ia memilih untuk mencintai, ia mencintai dengan seluruh dirinya. Dan aku melihat itu pada suamiku. Ia tidak memelukku dengan kata-kata manis di depan orang banyak, tetapi dengan kesediaannya mendampingi, meski itu hal yang tidak nyaman baginya.

Kami berdua sama-sama introvert, tapi dengan jalur yang berbeda. Aku belajar untuk menghormati kebutuhannya akan keheningan, sementara ia belajar untuk hadir di momen-momen pentingku. Dari situ aku mengerti, cinta bukan tentang menemukan seseorang yang sama persis dengan kita. Cinta adalah tentang bagaimana kita tumbuh bersama, meski dalam perbedaan.

Mungkin cinta kami tidak selalu meriah, tidak penuh kejutan besar, tapi justru itu yang membuatnya terasa dalam. Karena pada akhirnya, cinta bukan soal siapa yang paling banyak bicara, tapi siapa yang paling mampu mendengarkan dan bertahan. Dan aku percaya, di sanalah introvert menemukan cintanya—dalam kesunyian yang dimengerti, dalam perbedaan yang diterima, dan dalam kehadiran yang tulus, meski tanpa banyak kata.[]

Lebih baru Lebih lama