Mengenal Kaki Seribu: Sahabat Petani Sang Penyubur Tanah

 

Oleh: Siti Hajar

Tahukah kamu Kaki Seribu? Hewan melata yang unik ini dikenal karena jumlah kakinya yang luar biasa banyak—katanya sih sampai seribu! Tapi menurut para ilmuwan, kenyataannya tidak pernah ada kaki seribu yang benar-benar memiliki 1.000 kaki. Rata-rata hanya sekitar 200 hingga 400 pasang kaki tergantung spesiesnya. Bahkan saat pertama kali menetas, bayi kaki seribu hanya memiliki tiga pasang kaki saja, yang kemudian bertambah secara bertahap setiap kali mereka berganti kulit dan tumbuh dewasa. Ajaib, bukan?

Di balik timbunan daun kering yang kadang luput dari pandangan, makhluk ini hidup dalam diam. Namanya kaki seribu, atau millipede dalam bahasa Inggris. Meskipun namanya sering tertukar dengan kelabang, mereka sebenarnya sangat berbeda. Kelabang adalah pemangsa cepat dan berbisa, sementara kaki seribu adalah makhluk damai yang pemalu dan pemakan daun-daun membusuk. Jika disentuh, ia tidak menyerang—sebaliknya, ia menggulung tubuhnya rapat-rapat seperti spiral kecil, seolah ingin berkata, “Aku hanya ingin tenang.”

Kaki seribu memainkan peran penting dalam ekosistem, terutama sebagai pengurai alami (dekomposer). Mereka memakan sisa-sisa daun, batang tanaman, dan kayu lapuk, mempercepat proses pembusukan dan mengembalikan unsur hara ke dalam tanah. Kotoran mereka kaya akan nutrisi yang sangat berguna bagi tumbuhan. Tanpa mereka, tanah akan lebih miskin, dan sampah organik akan menumpuk lebih lama. Petani diam-diam menyukai keberadaan mereka karena tanah yang sehat sering kali dihuni oleh makhluk kecil ini.

Habitat kaki seribu tersebar di berbagai tempat: hutan tropis, kebun, sawah, bahkan di balik pot bunga di halaman rumah. Mereka menyukai tempat yang lembap, gelap, dan sejuk, jauh dari sinar matahari langsung. Jika tanah terlalu jenuh oleh hujan atau lingkungan luar terlalu lembap, kaki seribu bisa tersesat dan masuk ke dalam rumah, terutama jika ada celah atau sudut yang jarang dibersihkan.

Kalau kamu melihat kaki seribu “main” di rumah, tak perlu panik. Mereka tidak berbahaya. Cukup pindahkan dengan hati-hati menggunakan sapu kecil atau tisu, dan lepaskan kembali ke luar rumah—lebih baik di tempat yang berdaun atau di taman. Untuk mencegahnya datang kembali, jaga kebersihan rumah, kurangi kelembapan, dan tutup celah di lantai atau dinding. Pengusir alami seperti cuka, kapur barus, atau daun salam kering juga bisa membantu.

Perilaku kaki seribu sangat khas: mereka bergerak lambat, tak tergesa-gesa. Gerak mereka seperti tarian sunyi dari ratusan kaki kecil yang bekerja serempak. Saat terganggu, mereka melindungi diri dengan menggulung tubuh dan mengeluarkan cairan berbau khas dari sisi tubuhnya—senjata pertahanan sederhana namun cukup efektif untuk mengusir predator.

Bagi para petani, kaki seribu bukan hama. Justru, ia dianggap penanda tanah yang subur dan sehat. Mereka mungkin tak bersuara, tapi pekerjaan mereka besar: menjaga siklus hidup tanah tetap berjalan. Mereka tidak menuntut, tidak mencuri perhatian. Mereka hanya bekerja, menggiling daun demi daun, menyuburkan bumi dari balik bayang.

Kaki seribu mengajarkan kita bahwa kekuatan tak selalu hadir dalam bentuk mencolok atau keras. Ia kecil, diam, dan jarang terlihat. Namun perannya penting. Dalam hening, ia merawat bumi. Maka, jika kamu melihat makhluk kecil ini berjalan perlahan di halaman rumahmu, anggaplah ia sebagai penjaga kecil dari keseimbangan alam, seekor makhluk Tuhan yang sedang menjalankan tugas mulianya: memecah bahan organik membuat tanah menjadi lebih subur. []

 

Lebih baru Lebih lama